picture source www.spi.or.id
Tanya:
Assalammualaikum Wr Wb
Pa Budi yang terhormatSaya petani yang baru 5 tahun menggeluti usaha tani padi. Banyak rekan-rekan saya di lapangan yang terjerat investor/tengkulak dengan sistem IJON.
1. Yang saya ingin tanyakan kepada Pa Budi, Apakah ada cara yang dapat mematahkan / menghapuskan sistem ijon ini.
2. Isi perjanjian tertulis yang bagaimana yang bisa bikin malu para pelaku IJON. Saya harap bapa bisa segera membalas komentar saya ini, karena ada ribuan petani di Negeri kita yang harus di Merdekakan dan ada puluhan ribu ton hasil komoditas petani yang haknya tidak pernah sampai ketangan petani untuk hidupi keluarganya. Dan saya doakan anda agar diberikan kemulian dunia akhirat oleh Allah SWT yang telah membebaskan petani dari kehimpitan ekonomi dan upaya pembodohan..
Wassalamualaikum Wr Wb
aditya_rasyid69@yahoo.com
Jawab:
Assalamualaikum wr wbSdr. Aditya yang dirahmati Allah, saya berbahagia masih ada orang-orang yang berfikiran jernih dan peduli kepada sesama di negeri ini yang sedang kehilangan identitas dirinya sebagai negara timur dengan pemerintahan dan penduduknya adalah muslim terbesar di dunia, amin YRA terima kasih atas doanya, semoga anda mendapat senantiasa keberkahan dari Allah SWT. Sebelum menjawab pertanyaan anda, ijinkan saya "curhat" atas fenomena pertanian di Indonesia.
TIDAK SYUKUR NIKMAT DENGAN KEKAYAAN ALAM
Kegalauan anda insya Allah sama dengan saya dan pihak-pihak yang peduli kepada nasib miris petani di negeri kita. Negeri ini adalah negara agraris dengan segala kekayaan alam yang bikin negeri lain iri luar biasa. Saya pernah memandu calon investor dari Jepang selama seminggu berkeliling di Jawa Barat untuk melihat potensi kerjasama bisnis dan respon mereka sungguh bikin kita mengelus dada.
Sebagai contoh seorang Jepang yang bernama Kitayama San, berkata kepada saya bahwa cita-cita orang Jepang itu pada umumnya adalah ingin "memiliki rumah yang di halamanya tumbuh pohon Pepaya" dan mereka tidak berhenti terbengong-bengong melihat pohon Pepaya, Pisang dan Nangka yang seumur hidup hanya melihat di buku atau ensiklopedia dan baru bisa melihat secara langsung di Indonesia karena di Jepang pohon buah-buahan tersebut tidak dapat tumbuh karena faktor alam maka harganya sangat mahal.
Sedangkan buat kita orang Indonesia Pepaya, Pisang atau Nangka adalah pohon yang begitu mudah tumbuh di negeri ini tapi nasibnya justru menjadi buah-buahan nomor "dua dan murahan" yang tergerus buah import yang harganya mahal dan kita bangga mengkonsumsi buah import tersebut sehari-hari.
Apa efeknya? harga buah lokal menjadi murah karena konsumen sedikit, maka semakin sedikit petani yang mau membudidayakannya.
TIDAK BANGGA JADI PETANI KARENA HIDUPNYA SUSAH
Tahun 1999 saat baru menikah, saya berkunjung ke kampung kakek istri di pedalaman Kabupaten Bandung, saya bertemu dengan salah satu paman istri seorang petani yang sangat rajin dan berdedikasi walaupun rumah panggung bilik sederhana dan penghasilan seadanya tapi beliau begitu menikmati perannya sebagai petani dan saya sangat bangga kepadanya. Lima belas tahun kemudian saat saya berkunjung saya melihat fenomena yang menyedihkan, yaitu paman tersebut masih mencangkul sendiri sawahnya tanpa dibantu anak atau pekerja yang lain.
Saya: "Paman! kalo generasi muda kampung ini pada kemana sehingga saya lihat banyak lahan pertanian yang tidak diurus dan penggarapnya itu-itu saja?.
Paman: "Sekarang susah cari penggarap sawah, karena anak-anak muda lebih memilih kerja di pabrik, jadi TKW atau jual lahan orang tuanya terus beli motor untuk ngojek"
Saya: "kenapa begitu?"
Paman: "Karena jadi petani berat, pendapatan tidak seberapa bahkan seringnya rugi dan hidupnya susah terus, makanya mereka memilih beralih profesi lain"
Bila di negara eropa para orang tua petani menyekolahkan anaknya dan berpesan begini "Nak sekolahlah setinggi-tingginya lalu balik lagi ke village ini dan modernkan pertaniannya untuk kesejahteraan kita"
Sedangkan para orang tua petani di Indonesia berpesan kepada anaknya yang sekolah tinggi ke kota begini "Nak sekolahlah yang tinggi jangan sampai kamu bernasib seperti bapakmu petani miskin"
Itulah fenomena yang terjadi di negeri kita yang Indah dan Kaya ini, para penjajah ekonomi saat ini berbondong-bondong ingin menguasai kekayaan alam Indonesia sedangkan kita justru meninggalkannya dan mencari jalan pintas dengan memilih membangun insdustri yang mendorong masyarakat menjadi buruh pabrik, TKW atau tukang Ojek.
DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP SEKTOR PERTANIAN
Terjadi perbedaan kebijakan terhadap sektor pertanian negara maju seperti Eropa, Amerika, Jepang dan China yang pemerintah disana sangat menghargai dan mendukung profesi petani dengan kebijakan-kebijakan yang memudahkan bisnis pertanian. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, komunikasi dan pendidikan dibangun dengan baik sampai ke pedalaman. Contoh saat saya belajar ke negeri China, saya jalan-jalan sampai ke pedalaman kampung, jalannya lebar-lebar dan mulus sehingga memudahkan distribusi. Saya lihat kontainer wara-wiri mengangkut hasil bumi, dan kampung-kampung disana menjadi kawasan wisata yang menguntungkan petani karena wisatawan mudah mengakses dengan transportasi umum seperti Pesawat Terbang, Kereta Api dan Bus besar.
Sedangkan di Indonesia, untuk menuju kampung kakek istri saya dari tahun 1990 an s.d sekarang jalannya tidak berubah kecil dan berlubang sehingga bila menuju kesana saya harus menggunakan mobil semi Offroad atau naik Perahu Getek. Saya yakin masih banyak wilayah pertanian lain di Indonesia yang sulit di akses seperti kampung kakek istri saya tersebut.
Saat ini fenomena fluktuatif harga komoditi pertanian yang turun naik secara drastis sangat sering terjadi di negeri ini, sebagai contoh saat panen raya cabe, tomat, kubis dan lain-lain harga di tingkat petani sangat murah bahkan saking murahnya saya sering ketemu para petani tidak memanen hasilnya karena biaya memanen lebih mahal dibanding menjualnya, padahal harga di tingkat konsumen akhir masih cukup tinggi, aneh bukan? selain karena faktor sulitnya distribusi, over supply, peran mafia komoditas pertanian sangatlah dominan, coba saja bawa satu truk beras ke pasar Cipinang Jakarta dan rasakan sendiri mafia disana yang merugikan petani.
Dimana intervensi pemerintah?? padahal pemerintah sangat reaktif dan respon dengan cepat bila kurs dollar naik, pemerintah akan gelontorkan cadangan devisa dalam jumlah sangat besar untuk menekan kenaikan kurs tersebut, atau gelontorkan bantuan likuiditas bila ada bank yang sakit, apakah insdustri perbankan lebih penting dibanding petani yang sederhana dan lugu di mata pemerintah?? saya tidak tahu.
INTERVENSI TOTAL PEMERINTAH ADALAH SOLUSI MAJUKAN PERTANIAN
Menurut saya tidak ada pilihan bila ingin menyelamatkan pertanian di Indoneia adalah dengan Intervensi Total Pemerintah dengan membangun infrastruktur karena desa, kampung dan kawasan pertanian memiliki hak yang sama dengan kawasan perkotaan yaitu:
- Memiliki jalan-jalan dan jembatan yang yang lebar dan mulus dan dapat diakses kendaraan-kendaraan besar untuk kebutuhan distribusi barang.
- Memiliki sarana listrik yang sama dengan kawasan perkotaan yang terang benderang.
- Memiliki sarana komunikasi seperti telepon dan internet yang sama dengan kawasan perkotaan yang masyarakatnya senantiasa online.
- Memiliki lembaga keuangan yang menyentuh jantung bisnis di desa dan kampung.
- Memiliki pemerintahan dan birokrat yang lebih hebat dibanding kawasan perkotaan, karena harus mengurus masyarakat pedesaan yang masih tertinggal. Kebijakan pemerintah di Saudi atau Malaysia dengan memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan tertinggal sangat efektif. Saya sangat setuju bila perlu ibukota negara ini dipindah ke pulau Kalimantan atau Papua, dan ibu kota propinsi setiap 20 tahun pindah ke daerah tertinggal sehingga pembangunan insfrasturktur berjalan.
- Memiliki sarana pendidikan yang lebih hebat dari kawasan perkotaan karena harus mengejar ketertinggalan tingkat pendidikan masyarakat di kawasan pedesaan.
Saat saya menjadi bankir, saya tahu dan memahami Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan moneter dan bank-bank umum sebagai penyalur kredit, sangat hati-hati, membatasi bahkan menghindari penyaluran kredit ke sektor pertanian karena memang kredit sektor pertanian memberikan konstribusi kredit macet terbesar. Ingat bankir itu pebisnis handal yang diberi target membawa banknya mendapat profit/laba, maka bila ada bisnis seperti kredit pertanian yang berisiko tinggi, maka bankir akan berhitung dengan seksama Cost and Benefitnya.
Wajar pemerintah sampai harus intervensi dengan menggelontorkan dana sangat besar untuk mendorong bank menyalurkan kredit ke sektor pertanian melalui program Kredit Usaha Tani (KUR) yang nasibnya gagal karena hampir semuanya macet.
Apakah petani yang harus disalahkan sebagai penyebab kemacetan kredit tersebut, jawaban saya TIDAK. petani menurut saya adalah pengusaha-pengusaha yang berfikiran sederhana dan lugu makanya pebisnis kotor seperti RENTENIR dan IJON sukses dan merajalela memberikan pinjaman dengan bunga tinggi dan membeli hasil pertanian dengan harga yang mencekik leher petani, tapi para petani tetap saja meminjam modal dan menjual hasil pertaniannya kepada mereka. Pertanyaan menggelitik saya adalah:
"APAKAH RENTENIR DAN IJON LEBIH PINTAR DAN HEBAT DARI PEMERINTAH DAN BANKIR SEHINGGA TENGKULAK/IJON SUKSES MENJADI MITRA PETANI DENGAN SKEMA PINJAMANNYA, TAPI PEMERINTAH DAN BANK GAGAL?"
MELAWAN RENTENIR
Untuk menjawab kepenasaran tahun 2005 saat saya masih sebagai bankir syariah membantu teman-teman pengajian mendirikan Koperasi Jasa Simpan Pinjam Syariah (KJKS) di Bandung dengan nama KJKS Baraya dan KJKS Mitra dengan menyalurkan pinjaman dengan pola syariah langsung ke pasar-pasar dan head to head dengan rentenir. Alhamdulillah ikhtiar kami sukses dalam jangka waktu singkat rentenir di pasar lokasi kantor KJKS berada menghilang karena pada pedagang pasar memilih meminjam kepada KJKS karena mudah dan menguntungkan, begini perbandingannya.
Proses pengajuan pinjaman dari Rentenir 1-2 hari.
Jumlah pinjaman Rentenir Rp. 1.000.000,- bunga 20%/bulan, jangka waktu 180 hari (6 bulan), maka angsuran per hari sebesar + Rp. 8.900 (Pokok Rp. 5.555 + Bunga bunga + Rp. 3.345)
Proses pengajuan pinjaman dari Rentenir 1-2 hari.
Jumlah pinjaman KJKS Rp. 1.000.000,- Margin/Bagi Hasil 2%/bulan, jangka waktu 180 hari (6 bulan), maka angsuran per hari sebesar + Rp. 6.225 (Pokok Rp. 5.555 + bagi hasil/margin + Rp. 670)
Mengapa para pedagang memilih KJKS dan Meninggalkan Rentenir:
- Proses pengajuan pinjaman sama cepat dan mudah 1 s.d 2 hari
- Menguntungkan, yaitu selisih angsuran KJKS jauh lebih murah Rp. 2.675/hari atau dikomulatifkan selama 6 bulan Rp. 481.500. Sangat jauh bukan? padahal dengan bagi hasil sebesar + 2%/bulan, KJKS masih bisa mendapat keuntungan karena membayar bagi hasil ke bank umum yang membiayai KJKS hanya + 1% an/bulan.
Rentenir Akan Hilang & Masyarakat Kecil Sejahtera bila:
- Masyarakat kecil itu fragmatis, mereka akan memilih pinjaman yang prosesnya mudah, cepat dan tidak berbelit persyaratannya, faktor kelebihan ini dimiliki Rentenir tapi tidak dimiliki lembaga keuangan seperti bank yang banyak persyaratannya dan lama prosesnya. Maka buatlah lembaga atau optimalkan bank dengan membuka kantor atau outlet mikro yang langsung akses di tengah-tengah komunitas ekonomi masyarakat dengan kemudahan dan kecepatan proses seperti Rentenir.
- Saya sangat menghargai teman-teman yang berjuang membangun lembaga keuangan seperti KJKS, BMT dan Koperasi yang langsung manfaatnya dirasakan masyarakat kecil, tapi akan lebih masif bila pemerintah yang langsung Intervensi misalnya dengan memanfaatkan salah satu bank pemerintah yang memiliki jaringan luas untuk terus membuka outlet-outlet di jantung perekonomian terkecil yang mudah di akses.
- Lembaga seperti poin 3 ini akan didanai pemerintah dan menyalurkan langsung dengan keuntungan seperti pinjaman KJKS yang saya contohkan diatas, insya Allah masyarakat akan masif beralih meninggalkan Rentenir dan menjadi mitra lembaga keuangan mikro tersebut.
- Saya lihat niat pemerintah sudah ada dengan penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat), tapi saya tahu sekali dana KUR ini masih sulit diakses oleh kaum marginal, karena tahun 2011 saya adalah salah satu nasabah KUR dan merasakan sendiri proses peminjaman KUR tersebut sama saja dengan proses pinjaman bank pada umumnya hanya agunan bisa lebih kecil dari nilai pinjaman. Niat pemerintah ada tapi pelaksanaan wajib diperbaiki.
- Contoh implementasi menghacurkan Rentenir oleh lembaga keuangan besar yang sukses ditiru seluruh dunia oleh negara berkembang adalah inisitif Mochamad Yusus dengan Gramen Bank nya di Bangladesh.
MELAWAN IJON
Konsep melawan Ijon ini pernah saya ungkapkan saat masih menjadi bankir dalam forum-forum diskusi dengan banyak komunitas pegiat ekonomi syariah, tapi seperti yang saya jelaskan diatas trauma sektor pertanian yang berisiko tinggi dan skema usulan saya yang dianggap terlalu mengada-ada, hanya menjadi sebatas obrolan warung kopi saja. Alhamdulillah sdr. Aditya bertanya sehingga bisa saya tuliskan di blog ini dan semoga Presiden kita atau Mentri "Gila dan peduli" ingin memajukan pertanian bisa menangkap konsep ini tanpa harus membayar team ahli segala karena konsep saya ini gratis untuk diimplementasikan, bahkan saya siap membantu menysusun konsep implementasinya untuk mensejahterakan petani Indonesia.
- Sampai kapanpun saya akan teriak "PERCUMA NIAT SEJAHTERAKAN PERTANIAN TANPA MEMBANGUN INFRASTRUKTUR". Infrastruktur adalah syarat utama memajukan pertanian, karena akan memangkas banyak sekali biaya produksi dan distribusi pertanian. Saya yakin bila infratruktur yang baik kesejahteraan masyarakat akan meningkat drastis karena akses keluar masuk modal akan berjalan dengan cepat dan besar, maka praktek Ijon yang marak di kawasan tertinggal otomatis akan hilang. Saat ini pemerintah lebih memilih jalan pintas dalam memajukan sektor pertanian dengan subsidi bibit, pupuk dan pestisida yang tidak menyelesaikan masalah, Infrastruktur basic terutama Jalan, Jembatan dan Irigasi.
- Selain infrastruktur, hal lain adalah MENDIRIKAN LUMBUNG DESA atau BANK PERTANIAN atau KOPERASI PERTANIAN, ATAU SEMACAM BULOG yang berada di tengah-tengah pertanian itu sendiri di setiap desa, kita sepakati sebut saja Lumbung Desa.
- Lumbung Desa (LD) ini wajib milik Pemerintah dan masyarakat desa itu sendiri dengan iuran pokok dari hasil panen mereka sebagai salah satu cara "mengikat loyalitas" masyarakat sendiri sebagai owner dari lembaga LD tersebut.
- Modal pemerintah diperlukan untuk membangun sarana dan prasarana LD yaitu gedung kantor, SDM Professional Pengelola LB, Sarana Pengolahan Panen dan Gudang Besar di setiap wilayah desa serta Modal Kerja operasional LB. Saya yakin dengan APBN yang tidak dikorupsi apalagi sekarang subsidi BBM dikurangi, modal ini bukan sebuah hal yang sulit, yang sulit adalah Political Will (Niat Pemerintah yg terimplementasi).
- Saya ingin jelaskan apa yang dimaksud Sarana Pengolahan Hasil Panen, misal komoditas pertaniannya adalah Padi, maka LB harus memiliki mesin pengeringan modern tidak lagi dijemur tradisional, dengan masa pengeringan hanya 2 jam per ton maka waktu pengeringan yang biasanya lama apalagi musin hujan tidak akan terjadi lagi. Mesin ini sudah saya lihat berada di tengah kawasan pertanian di daerah Sukabumi milik seorang family mantan penguasa negeri ini yang cerdas memanfaatkan peluang karena ketidak pedulian pemerintah.
- Para petani sebagai anggota/owner akan membawa hasil panen Padi basahnya ke LB lalu dikeringkan menggunakan mesin tersebut dengan biaya dipotong dari hasil panen, maka pengolahan panen akan sangat cepat dan murah.
- Sediakan gudang besar untuk menampung hasil panen Padi, anda bisa lihat di negara maju di tengah-tengah pertanian ada bangunan besar dan tinggi yang bisa menampung hasil panen dalam jumlah sangat besar dengan fasilitas yang bisa menyimpan hasil panen dalam waktu lama tanpa berkurang kualitasnya. Maka tidak heran negara-negara yang maju pertaniannya seperti Amerika atau Thailand bisa mengeksport Gandum, Jagung kering dan beras ke Indonesia padahal mungkin itu hasil panen stock lama.
- LB memberikan pinjaman kepada petani yang memerlukan dana untuk kehidupan mereka saat panen belum datang, biasanya mereka akan mengijonkan padinya walaupun masih hijau bukan? nah dengan pinjaman dari LB ini, petani tidak perlu lagi mengijonkan padi hijaunya karena kebutuhan dana terpenuhi oleh LB, bagaimana cara petani membayarnya?
- Saat panen, petani membawa hasil panennya ke LB untuk dikeringkan dengan mesin modern, LB akan memotong sebagian hasilnya sesuai dengan jumlah pinjamannya, dilunasi atau diangsur sesuai kesepakatan pinjaman pada poin 8 dengan tambahan bagi hasil tentunya untuk keuntungan LB tersebut.
- LB membeli hasil panen dengan standard harga yang ditentukan pemerintah tanpa harus terpengaruh dengan hukum supply and demand yang biasanya bila panen raya maka harga gabah akan jatuh dan saat paceklik akan mahal, lembaga LB inilah berperan sebagai Lembaga Penyangga Harga, sehingga ucapkan selamat tinggal kepada para tengkulak.
- LB akan mencatat dan menyimpan hasil panen yang dibeli dari masyarakat tadi untuk didistribusikan dan dijual dengan memperhatikan supply dan demand pada market sehingga tidak terjadi over supply yang akan menjatuhkan harga, sehingga harga bisa senantiasa menguntungkan para petani. Gudang besar pada poin 7 inilah fungsinya, untuk menyimpan hasil panen dalam jangka yang lama dan mendistribusikan ke market dengan sistematis sehingga harga terjaga.
- Berilah bagi hasil atas keuntungan dari kegiatan distribusi ke market dan operasional pinjaman kepada petani anggota/owner dari lembaga LB tersebut, insya Allah petani akan sangat bahagia mendapat bagi hasil yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka selama ini.
- Saya sangat yakin petani dimanapun akan mencintai dan menjaga lembaga semacam LB ini untuk terus menjadi mitra dan bagian dari hidup mereka sebagai petani dan kebanggaan profesi petani akan melonjak.
- Maka ucapkan SELAMAT TINGGAL IJON, mari kita semua berdoa dan mendorong pemerintah untuk mewujudkan ini.
Semoga Menginspirasi
Hormat Saya
Budi Cahyadi
Kirimkan Pertanyaan/Konsultasi Anda melalui:
e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com
Whatsapp: +628122193914
BBM: Pin 7E619333