Wednesday, November 9, 2011

BELAJAR SAMPAI KE CHINA

"Tuntutlah Ilmu walau sampai ke negeri China" hadist yang sering kita dengar untuk memotivasi bagi Muslim untuk terus belajar menjadi yang terbaik dalam berbagai hal. Walau hadist tersebut setelah diteliti oleh para ahli hadist statusnya dhoif (lemah) dan tidak bisa dijadikan hujjah (dasar/dalil) bagi Muslim


Saya tidak ingin berpolemik tentang dhoifnya hadist tersebut karena memang bukan ranah kompetensi saya, tapi saya hanya ingin belajar dari saudara etnis China yang saat ini menjelma menjadi penguasa dunia dalam bidang ekonomi, tidak perlu jauh-jauh pergi ke negara China, cukup kita amati kuat dan sukses saudara kita etnis China mendominasi peran bidang ekonomi di Indonesia.
  • Saudara kita etnis China sejak republik ini berdiri, perannya "dibatasi"  oleh penguasa negara kita jaman dulu, mereka tidak bisa menjadi PNS, TNI/POLRI atau pejabat publik lainnya. Kondisi ini mendorong mereka mencari peran lain yang saat itu jarang di lakoni kaum pribumi yang lebih memilih menjadi PNS atau pegawai. Peran tersebut yaitu di bidang perniagaan atau bisnis, maka wajar hasilnya saat ini saudara etnis China mendominasi perniagaan yang mereka bangun sejak awal sejarah negara ini.
  • Sejak saya kecil orang tua selalu bilang "Sekolah yang jujur, nanti jadi PNS atau pegawai yang gajinya tetap dan dapat pensiun". Berbeda dengan saudara etnis China supplier yang menasehati saya "Kalau mau kaya, daganglah". Mereka bentuk anak-anak dengan kultur dagang yang kuat. Rutin saya lihat anak-anak mereka ikut sibuk di toko membantu orang tuanya walau hanya sekadar membungkus atau bermain, tapi dinamika bisnis sudah mereka rasakan sedari kecil dan itu adalah modal pondasi terbesar untuk seorang Entrepreneurs. Berbeda dengan kita yang setelah kerja lalu karena jenuh dalam bekerja, baru kepikiran berbisnis. Belum terlambat, tapi kita ketinggalan puluhan step dari saudara etnis China.
  • Sebagai imigran, kondisi sulit, termarginalkan dan terpepet, menjadikan saudara etnis China  "strugle, disiplin dan pekerja keras". Banyak cerita hebat mereka hanya makan bubur atau menjadi kuli panggul, saat awal-awal membangun bisnis, mereka jarang hamburkan uang untuk lifestyle seperti yang sering kita lakukan. Kondisi terdesak inilah yang akhirnya mengeluarkan seluruh potensi diri menjadi yang terbaik di bidang perniagaan.
  • Persaudaraan yang kuat sangat dijaga oleh saudara etnis China, wajar karena minoritas mereka saling tolong-menolong dalam bisnis. Jangan heran bila tiba-tiba buka sebuah toko dengan barang yang berdatangan dengan cepat ke tokonya sehingga langsung penuh dan ramai. Setelah saya selidiki ternyata para supplier adalah saudara atau teman etnis China lain yang mensupplai untuk kemajuan saudaranya.  Subhanallah.....
  • Persaudaraan yang kuat juga mendorong saudara etnis China saling menjaga dalam bisnis. Coba saja datang ke jalan ABC pusat perkulakan barang elektronik di kota Bandung, mereka membuat komunitas yang benama ABC Grup, sehingga kita tidak akan menemukan banting-bantingan harga walau toko mereka saling berdempetan kiri-kanan-depan-belakang. Luar Biasa........


Sahabat, coba perhatikan kelebihan saudara etnis China diatas, sesungguhnya tanpa mereka sadari telah melaksanakan perintah Allah dan Rosul dalam hal mencari nafkah dan hal lainnya, mari kita bedah:
  • Rosulullah SAW dalam sebuah hadist bersabda "Sembilan dari sepuluh pintu rizki ada dari perniagaan/bisnis" artinya pintu rizki kaum pribumi yang umumnya menjadi pegawai hanya 1/10 dari saudara etnis China sebesar 9/10 maka wajar bukan mereka mendominasi perekonomian negeri ini. 
  • Sejarah para nabi sebelumnya dan para sahabat sedari kecil telah terdidik dengan bekerja pada umumnya menggembala ternak atau berniaga. Rosulullah SAW sejak usia 8 tahun sudah menggembala kambing dengan sang kakek, usia belasan tahun sudah ikut berniaga bersama pamannya. Sejalan dengan saudara etnis China yang sedari kecil sudah terlatih, maka saat mereka besar sudah bukan lagi masa latihan atau percobaan seperti yang pada umumnya kita lakukan saat ini karena kita sedari kecil sudah bermindset atau dibentuk mental sebagai pegawai.
  • Kesulitan dan kerasnya hidup adalah sahabat para nabi, sabahat dan salafus shalih sebelum kita. Sebagai contoh sahabat Abdurahman bin Auf saat berhijrah dari Mekah ke madinah setelah menolak bantuan gratis dari sahabat ansor, beliau bekerja keras menjadi kuli angkut di pasar Madinah dan tidak lama menjelma menjadi pedagang paling sukses dalam sejarah perniagaan kaum muslim. Sama seperti saudara etnis China sebagai imigran mereka berjuang dan bekerja keras meraih kesuksesan di negeri ini.
  • Dalam Islam persaudaran adalah hal wajib yang harus dijaga setiap Muslim. Puluhan ayat quran dan hadist yang menekankan pentingnya persaudaraan Islam atau Ukhuwah Islamiyah sebagai pondasi yang mempersaudarakan seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Semagat ini ternyata sukses dijaga oleh saudara etnis China yang saling tolong-menolong dan menjaga sesama mereka untuk maju dalam bisnisnya. Ironis bukan, karena kaum muslim telah dibekali Allah dengan dalil tertulis yang bahkan kita baca ayatnya tiap hari dalam Al Quran dan atau hadist, tapi implementasinya ibarat Jauh Panggang dari Api.
Sahabat khususnya yang bercita-cita menjadi Muslimpreneurs, hendaknya dari sekarang kita sadar dan bangkit, untuk mengejar ketertinggalan dari saudara etnis China. Tidak ada kata terlambat dan malu untuk belajar. Tanpa malu kondisi diataslah yang mendorong saya "Nekat" resign dari belasan tahun berkarier di Bank sebuah jabatan paling didambakan jutaan orang apalagi orang tua yang tentunya bangga punya anak pejabat bank.  Karena kultur pula orang tua kita kebingungan menjawab pertanyaan apa profesi anaknya? kata Pedagang masih malu-malu diucapkan orang pribumi, padahal Rosulullah adalah Pedagang sukses dengan jabatan CEO of Khadijah Trading Company.

Sahabat, persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah yang seolah menghilang saat ini dalam diri kaum Muslim hendaknya kita bangun lagi mulai lingkungan terkecil, dengan dasar Iman, insya Allah hati kita akan disatukan dengan proses silaturahim akan saling mengenal (Ta'aruf) lalu akan menciptakan kefahaman (Tafahum) dan akhirnya tolong-menolong (Ta'awun).

Salam Semangat, Barokallah Sukses untuk Sahabat Semua

Budi Cahyadi

No comments:

Post a Comment

Entri Populer